APA ITU PERENCANAAN KEUANGAN KELUARGA?


Tulisan ini mengutip dari link facebook Ibu Rina Dewi Lina, seorang Perencana Keuangan.


Bagi Anda yang sudah berkeluarga, tentunya sebagian besar sudah melakukan perencanaan keuangan (PK) keluarga . Seperti yang pernah saya dengar jawaban dari seorang teman, ketika dia mengetahui profesi saya sebagai perencana keuangan (PK_, dia langsung nyeletuk, “ah istriku sudah melakukan PK dari sejak kami menikah”. Lalu mengapa masih banyak orang kesulitan keuangan setiap bulannya, besar pasak dari pada tiang, terjerat hutang, bahkan tidak memiliki dana untuk berobat. 

Kesulitan lainnya ketika  anak-anaknya akan memasuki sekolah, sering kali orang tua tidak mempunyai dana yang cukup dan mengambil jalan pintas dengan meminjam uang. Mengapa masih banyak sekali di Negara kita tercinta ini, orang yang pensiun mengalami ‘post power syndrome” karena hilangnya kekuasaan, dan terutama karena penghasilannya menurun drastis atau tidak mempunyai penghasilan sama sekali, dan kehidupan masa pensiunnya mengandalkan pemberian dari anak-anak. Sedangkan bagi bujangan yang sudah bekerja, masih sangat banyak yang sering kekurangan uang setiap bulannya. Walaupun memiliki penghasilan yang baik dan belum mempunyai tanggung jawab terhadap istri dan anak.

Semua ini dikarenakan setiap orang ataupun keluarga, sudah atau belum melakukan PK yang tepat dan melakukan PK ala sendiri. Masih melakukan PK tanpa membuat skala prioritas, tanpa melihat kondisi keuangan saat ini  tanpa memperhitungkan inflasi, bahkan tanpa tujuan yang jelas. 

Sebagai contoh : biaya sekolah masuk Perguruan Tinggi (PT) saat ini Rp. 30.000.000,-, 18 tahun lagi dengan asumsi inflasi sebesar 10% atau kenaikan setiiap tahunnya 10%, biaya masuk PT adalah Rp. 165.000.000,-. Jika kenaikan setiap tahunnya 15% maka biaya masuk akan menjadi Rp. 317.000.000,-. Dengan cara biasa maka harus menabung sebesar Rp. 770.000,- atau Rp. 1.700.000,-. Sedangkan dengan melakukan PK yang terarah dan menggunakan investasi yang tepat, setiap bulan yang harus disisihkan adalah Rp. 80.000,- atau Rp. 176.000,-. Perlu pengetahuan lebih banyak untuk jenis-jenis paper asset yang dapat membantu kita mencapai tujuan keuangan secara maksimal.

Ini baru saja satu tujuan keuangan dalam sebuah keluarga, bagaimana dengan tujuan lainnya? Dana pensiun, dana kesehatan, dana liburan, dana ibadah, membeli rumah, membeli mobil, membeli Villa atau asset lainnya. Yang membedakan melakukan PK ala sendiri, dengan PK yang dilakukan oleh Perencana Keuangan karena bila melakukannya sendiri, biasanya tidak menentukan tujuannya secara spesifik dan tidak melakukannnya secara terencana dengan menggunakan instrument investasi yang lebih tepat

Agar lebih terarah, mari kita melihat langkah-langkah awal dalam melakukan PK sebuah keluarga, menikah ataupun belum menikah. 

Langkah-langkah  yang harus dipenuhi adalah
  1. Basic needs (Kebutuhan dasar). Sandang pangan, dana pendidikan, termasuk biaya transportasi dalam konteks seseorang yang produktif, atau menghasilkan sejumlah uang dalam sebuah periode. Dalam era masa kini, dana pendidikan menjadi kebutuhan dasar. Pada langkah pertama ini, kita wajib membuat catatan penerimaan dan pengeluaran 
  2. Risk Management ( mengelola resiko). Bagaimana melindungi asset dan menlindungi Nilai Ekonomi seseorang dari berbagai resiko sakit, ataupun karena kondisi lain, seperti bencana alam, kebakaran maupun kecelakaan. Dalam hal ini saat ini yang bisa membantu dalam PK adalah asuransi.
  3. Paper Asset ( aset kertas), kedengarannya agak janggal ditelinga dengan istilah aset kertas. Tetapi inilah yang sebenarnya dapat membantu kita dalam mengumpulkan aset sedikit-demi sedikit. Perencanaan dana pensiun lebih banyak menggunakan cara ini dan merupakan kendaraan kita dalam mencapai tujuan keuangan. Aset kertas adalah tabungan, deposito, obligasi, reksadana, saham, asuransi. 
  4. Hard Asset (property), Nah inilah yang sering menjadi tujuan utama sebuah keluarga tanpa mempertimbangkan poin 2 dan 3, sehingga seringkali tujuan ini menjadi boomerang dari pada sebuah keluarga, karena tidak direncanakan dengan baik dan akhirnya terjerat hutang.
  5. Estate Planning. Tentang harta waris, pajak, dan perencanaan pensiun.

Melakukan perencanaan keuangan memerlukan pengetahuan lebih banyak. Mengikuti seminar dan kelas tambahan sangatlah penting. Perencana keuangan (Financial Planner) mengejar ilmu sampai kenegeri orang. Beberapa tahun terakhir ini di Indonesia, khususnya di Jakarta telah lahir pendidikan perencanaan keuangan, dan saat ini pendidikan tersebut telah hadir di kota Anda. RDL consulting penyelenggara kelas Registered Financial Planner, Workshop Perencanaan Keuangan

Tulisan Di Medan Bisnis 3 Mei 2010

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...